Meskipun api abadi
tampaknya menjadi fenomena alam yang langka, mereka sebenarnya cukup
umum baik di atas permukaan maupun di bawah tanah dan baik pemicunya
manusia ataupun alam. Biasanya api dipicu oleh batubara, gas, atau
minyak di bawah tanah yang merembes ke permukaan, beberapa api abadi telah membakar terus menerus selama berabad abad dan tetap membakar hingga saat ini.
Berikut adalah 10 Api Abadi Paling Terkenal Di Dunia :
1. Gunung yang Terbakar
Api batubara bawah tanah
yang menciptakan apa yang disebut Burning Mountain (Mount Wingen) dekat
Wingen, New South Wales, Australia, mungkin dimulai oleh petir atau
pembakaran spontan. Setidaknya, itulah asumsi yang ada, tidak ada yang
tahu pasti karena api telah menyala setidaknya selama 6.000 tahun. Para
ilmuwan percaya bahwa mungkin inilah api abadi paling tua yang terus membakar batubara.
Api bergerak dengan laju
sekitar 1 meter setiap tahun ke selatan. Yang mungkin terkesan lambat,
tetapi mengingat umurnya, matematika sederhana memberitahu kita bahwa
api batubara telah pindah setidaknya 6 kilometer (3,7 mil) sejak ia
mulai menyala. Pada laju ini, api akan mencapai pinggiran Sydney
Australia, yang jaraknya sekitar 280 kilometer, sekitar 255.000 tahun
lagi atau lebih.
2. Bukit yang Berasap
Pada tahun 1850, Kapten
Robert McClure berlayar dengan kapalnya Investigator di Kutub Utara
untuk mencari Ekspedisi Franklin, yang menghilang saat mencoba mencari
Northwest Passage. Dia tidak pernah menemukan awak Franklin (dan tidak
ada orang lain pernah menemukan mereka), tapi ternyata ia menemukan
kembali sesuatu yang lain yaitu kebakaran besar di pantai berbatu dan
puncak Cape Bathurst.
Awalnya McClure
mengasumsikan kebakaran itu dibuat oleh orang-orang setempat untuk
mendapatkan perhatian mereka, jadi dia mengirim beberapa anak buahnya
untuk mendarat dan melihat apa yang sedang terjadi dan mencari informasi
tentang nasib awak Franklin. Akhirnya anak buahnya kembali ke kapal
dengan tidak membawa informasi apapun, tapi mereka membawa sepotong batu
dari banyak batu yang mereka temukan di darat yang membuat mereka
penasaran.
Ketika mereka meletakkan
batu di meja mahoni Kapten, batu tersebut membakar dan membuat meja
kayu berlubang. Ya, mereka telah menemukan kembali Bukit Berasap
(smoking hill). Franklin
sendiri telah menemukannya sebelumnya dan diberi nama Smoking Hills
dalam perjalanannya tahun 1826 untuk mencoba menemukan Northwest
Passage.
Dia mencatat adanya asap
aneh yang datang dari kebakaran di perbukitan, asap yang terlihat dari
laut, dan kebakaran yang terjadi di area yang tidak ada vegetasi. orang
setempat menyebutnya tanah air asam karena serpih minyak bawah tanah
yang terbakar membuat air menjadi sangat asam dan teracuni dengan logam
berat.
3. Gua Air dan Api
Taiwan memiliki beberapa
gunung berapi lumpur yang fantastis dan mata air panas alami. Karena
geologi lokal, gunung lumpur ini menghasilkan gas metana. Dekat kuil
Biyun ada tempat di mana gas yang terbakar diberi nama Gua Air dan Api.
Namun sebenarnya ini bukanlah gua, tapi adalah batuan dengan mata air
dan kolam kecil air panas, dengan gas metana meluapkan ke permukaan.
Gelembung-gelembung gas
metana menyuplai bahan bakar api secara terus menerus, yang memberikan
penampilan api menyala di atas batu dan dari air. Meskipun
api kini telah mengecil, dari tingginya yang pernah mencapai tiga
meter, mereka masih mengesankan. Sejarah lokal mengklaim situs itu
ditemukan oleh seorang biarawan pada tahun 1701, yang berarti api ini
telah membakar terus menerus selama lebih dari 300 tahun.
4. Mrapen
Dalam tradisi Indonesia,
ada legenda yang dimulai dengan Sunan Kalijaga ( salah satu dari
Sembilan Wali ) dan para pengikutnya kelelahan di akhir sebuah
perjalanan panjang. Mereka berhenti untuk beristirahat dan bermalam di
desa Mrapen, tetapi mereka kedinginan. Sunan Kalijaga menancapkan
tongkatnya ke tanah lalu menariknya keluar dan muncullah api yang
menghangatkan mereka.
Api dianggap suci dalam budaya Jawa dan telah digunakan untuk menyalakan obor api untuk turnamen olahraga di Indonesia. Pertama
kali tercatat di abad ke-15 sebagai api yang tidak pernah padam, bahkan
di tengah hujan atau angin, api itu masih menyala sampai hari ini,
didorong oleh gas alam yang bocor dari bawah tanah.
5. Yanar Dag – Flaming Hillside
Lapisan batubara
terbakar di brennender Berg di Saarland, Jerman, menyala pada tahun 1688
dan telah terus membakar sejak saat itu. Tidak ada yang yakin bagaimana
api berawal (mungkin pembakaran spontan), namun legenda mengatakan
gembala menyalakan api di dekat tunggul pohon, yang menjalar melalui
akar dan kemudian ke dalam lapisan batubara.
Apa yang diketahui pasti
adalah bahwa penyair terkenal Johann Wolfgang von Goethe mengunjungi
brennender Berg pada tahun 1770 dan menulis tentang perjalanannya yang
bertemu dengan gunung yang menyala yaitu uap padat muncul dari celah
celah dan kita bisa merasakan tanah panas bahkan melalui sepatu kami.
Bahkan ada sebuah plakat memorializing kunjungannya di situs.
Meskipun intensitas api
batubara telah berkurang sejak tahun 1800, pengunjung masih bisa melihat
asap mengepul dari batu-batu dan bahkan merasakan uap panas yang
berasal dari celah-celah batu. Dikatakan bahwa sebelum intensitas
kebakaran berkurang, anak-anak sekolah sering diajak berkunjung ke area
ini untuk melihat gunung terbakar dan memasak telur di lubang-lubang
ini.
6. Maa Ambika
Ada banyak legenda
tentang bagaimana api alami muncul dan menjadi ada, tapi tidak ada yang
begitu brutal seperti legenda Hindu dari api abadi di kuil
Jwalamukhi. Legenda tersebut mengatakan bahwa Prajapati Daksa
mepermalukan putrinya Sati di sebuah pesta, membuat sang putri sangat
marah dan dia membakar dirinya untuk melarikan diri rasa malu.
Sebagai pembalasan,
kekasih putri yang adalah Dewa Siwa, memenggal kepala Daksa dan kemudian
mengembara di alam semesta dengan membawa tubuh almarhum kekasihnya
yang hangus. Akhirnya, Dewa Wisnu memotong-motong tubuh hangus Sati dan
melemparkan potongan-potongannya ke Bumi. Lidahnya mendarat di kuil
Jwalamukhi dan terwujudlah api.
Oleh karena itu, Kuil
Jwalamukhi didedikasikan untuk Dewi Cahaya. Di kuil, terletak sekitar 50
kilometer dari Dharamshala, orang dapat melihat api biru abadi membakar
gas alam yang berasal dari tempat suci batu candi. Tidak ada berhala di
kuil, karena apa yang disembah sebagai dewa adalah api itu sendiri.
Ribuan orang berziarah ke kuil itu setiap tahun, membawa hadiah permen,
buah, dan susu.
7. Tambang Batubara Jahria
Jharia, India adalah
rumah bagi salah satu kebakaran tambang batubara terbesar di dunia.
Setidaknya 70 kebakaran tambang batubara yang berbeda yang sampai
sekarang terus terbakar dan melepaskan ribuan ton karbon dioksida ke
atmosfer setiap tahun. India adalah generator terkemuka keempat emisi
gas rumah kaca di dunia, dan tambang batu bara yang terbakar merupakan
sumber utama pencemaran ini.
8. Darvaza, Pintu ke Neraka
Jauh sebelum tragedi
LAPINDO di Sidoarjo, ternyata kejadian yang mirip pernah terjadi di
Derweze Turkmenistan (dulu Uni Sovyet) tahun 1971.
Darvaza atau Derweze
adalah daerah di padang Karokum yang penuh dengan Gas Alam. Para Ahli
Geologis membor di daerah tersebut dan tanpa sengaja menemukan sebuah
gua bawah tanah, dan lokasi pemboran pun runtuh, membuat gua tersebut
terbuka dan mengeluarkan gas methan yang sangat beracun.
Para Ahli berpikir
daripada membiarkan gas gas metan tersebut keluar, akan lebih aman jika
mereka membakarnya sampai gas tersebut habis terbakar. Tapi rencana
tidak semulus yang diperkirakan, Setelah mereka membakarnya Apinya masih
terus menyala sampai saat ini.
9. Batu Bernyala Chimaera (Yanartas), Turki
Sekitar 80 km sebelah
barat daya dari Antalya, dekat kota Çırali di barat daya Turki, terletak
sebuah gunung berbatu yang sudah benar-benar terbakar selama ribuan
tahun. Sekitar selusin api membakar di sisi gunung didorong oleh gas
metana yang keluar melalui lubang uap dari dalam bumi. Api-api ini
disebut Yanartas di Turki, dan telah terbakar selama setidaknya 2500
tahun.
Lubang lubang uap tersebut merupakan emisi terbesar dari metana abiogenic yang pernah ditemukan di darat sejauh ini. Selama
ratusan tahun, para pelaut bisa melihat api-api ini dari laut dan
menggunakan mereka sebagai arah tengara untuk Navigasi, tapi hari ini
mereka lebih sering digunakan oleh pejalan kaki untuk menyedu teh.
Api-api ini menurut
beberapa literatur kuno, melahirkan mitos Chimera, binatang mitos yang
bernapas api dengan tubuh dan kepala singa dan kepala kambing yang ada
di punggungnya, serta kepala ular yang ada diujung ekornya yang dengan
kepala ular. Api
api ini berkelompok diatas lahan seluas 5.000 meter persegi dan didorong
oleh emisi gas yang sebagian besar terdiri dari metana dan hidrogen.
Api api ini justru lebih
besar saat musim dingin, karena karakteristik umum dari rembesan gas
tersebut, di mana fluks gas biasanya dipengaruhi oleh tekanan yang
disebabkan oleh resapan air tanah dan perubahan tekanan atmosfer.
Api-api ini selama ini belum pernah mati, membakar terus-menerus, tidak
seperti Air Terjun Eternal Flame Terjun yang kadang perlu dinyalakan.
10. Api Abadi di Baba Gurgur, Irak
Baba Gurgur ( Bapak Api )
adalah sebuah ladang minyak besar di dekat kota Kirkuk yang merupakan
ladang minyak pertama yang ditemukan di Irak Utara pada tahun 1927.
Dianggap sebagai ladang minyak paling besar di dunia sampai penemuan
ladang minyak Ghawar di Arab Saudi pada tahun 1948, Baba Gurgur terkenal
dengan Api Abadi terletak di tengah-tengah ladang minyaknya yang diperkirakan telah terbakar selama lebih dari 4000 tahun.
Ladang minyak Baba
Gurgur digambarkan sejauh Herodotus (sekitar 484-425 SM), penulis Yunani
kuno, dan beberapa orang percaya bahwa ini adalah tungku api yang
diceritakan dalam Kitab Daniel, dari Perjanjian Lama, di mana Raja
Nebukadnezar (630-562 SM), Raja Babel, melemparkan tiga orang Yahudi
karena menolak untuk menyembah berhala emasnya.
Api ini memiliki nilai
simbolis yang signifikan bagi penduduk Kirkuk. Panas dari api abadi ini
dahulu digunakan oleh gembala untuk menghangatkan ternak mereka selama
musim dingin, dan wanita-wanita yang mengunjungi Baba Gurgur, untuk
memohon agar memiliki bayi laki-laki. Praktek kuno ini mungkin berasal
saat pemujaan api.
Api ini adalah hasil dari gas alam dan nafta merembes melalui celah-celah batuan di daerah Baba Gurgur. Penjelasan dari daerah ini dapat ditemukan dalam The American Journal of Science” edisi tahun 1939. Dekat ke sumur adalah kolam berlumpur stagnan, ditutupi dengan sampah tebal yang sangat diwarnai oleh sulfur.
Beberapa ratus meter ke
timur dari puncak bukit ada empat lingkaran datar berdiameter 50 meter,
dengan 100 lubang kecil-kecil atau lebih, yang mengeluarkan api tanpa
asap yang jelas, sangat berbau belerang. Bahkan, seluruh permukaan
tempat berlubang ini adalah kerak sulfur di atas tubuh api di dalamnya.
Jika tanah ini dilubangi, api langsung dikeluarkan, kadang-kadang menjulang tinggi. Baba
Gurgur menjadi sumur minyak modern pertama di Irak ketika Turki
Petroleum Company menemukan minyak pada malam 15 Oktober 1927. Penemuan
ini segera berubah menjadi krisis lingkungan utama seiring ribuan barel
minyak menyembur keluar membanjiri depresi yang dikenal sebagai Wadi
Naft yang mengeringkan air di kaki bukit yang lebih rendah.
Minyak mentah yang mengalir ke padang pasir terbuka mengancam penduduk setempat, dengan mencemari pasokan air mereka. Butuh
waktu sepuluh hari dari letusan pertama untuk menutup katup kontrol dan
menutup pasokan minyak. Pada saat sumur tersebut ditutup, lebih dari
95.000 barel minyak per hari telah dimuntahkan ke padang gurun.
Saat musim hujan tiba
bencana lain mengancam yaitu jika hujan datang dan banjir, minyak akan
dibawa turun ke sungai dan mencemari pasokan air seluruh negeri.
Sehingga Pompa dipasang untuk memompa minyak kembali ke dalam sumur,
tetapi pompa ini hanya berpengaruh sedikit. Putus asa untuk
menghilangkan minyak, akhirnya sejumlah besar minyak dibakar. Dan
Alhamdulillah, ketika hujan datang daerah itu telah bebas minyak tumpah.