Meningitis, Radang Selaput Otak dan Sumsum Tulang Belakang

Rabu, 11 September 2013

Deskripsi

Meningitis adalah sebuah kondisi ketika selaput (meninges) yang mengelilingi sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang mengalami peradangan. Setelah itu, selaput tersebut akan membengkak. Memang, penyakit ini akan membaik dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu. Namun, bila dibiarkan begitu saja dan tidak melakukan pengobatan, penyakit ini akan menimbulkan komplikasi serius dan semakin lama akan semakin parah.

Jenis komplikasi yang mungkin akan muncul, antara lain gangguan pada pendengaran, kerusakan pada otak, gagal ginjal, syok, masalah pada memori, dan masalah berjalan. Selain itu, risiko kejang dan kerusakan saraf permanen akan terjadi bila tidak melakukan pengobatan dengan cepat. Hal itu secara tidak langsung akan mengancam jiwa Anda.

Gejala

Tanda dan gejala dari penyakit meningitis dapat muncul dalam hitungan jam atau bahkan lebih dari satu atau dua hari. Tanda dan gejala ini dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada bayi yang baru dilahirkan. Namun, ada beberapa tanda yang berbeda antara bayi dengan orang dewasa yang telah menderita penyakit meningitis. Berikut beberapa gejala yang mungkin akan dialami oleh anak-anak (usia lebih dari dua tahun) dan orang dewasa yang telah mengalami penyakit ini:
  • Mendadak demam tinggi
  • Sakit kepala parah tanpa sebab yang jelas
  • Leher kaku
  • Mual atau muntah
  • Sulit berkonsentrasi
  • Selalu mengantuk dan sulit bangun dari tidur
  • Sensitif terhadap cahaya
  • Tidak nafsu makan dan minum
  • Kejang
  • Ruam kulit
Sedangkan, pada bayi yang baru lahir, mereka tidak akan mengalami sakit kepala. Mereka akan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
  • Demam tinggi
  • Lebih sering menangis karena merasa tidak nyaman, terlebih ketika diangkat dari tempat tidur
  • Sering mengantuk
  • Sering marah
  • Tidak aktif
  • Lesu
  • Pola makan buruk
  • Terdapat tonjolan di ubun-ubun yang letaknya di atas kepala bayi
  • Tubuh dan leher terasa kaku
Penyebab

Jenis penyakit ini biasanya timbul akibat adanya infeksi virus. Namun, bisa juga karena infeksi bakteri yang dianggap paling serius dan dapat mengancam jiwa. Selain itu, infeksi jamur juga bisa menjadi penyebab dari penyakit meningitis walaupun hal ini jarang terjadi. Biasanya, infeksi tersebut dapat menular dari satu orang ke orang lain, misalnya dari batuk, bersin, mencium, berbagi peralatan makan, sikat gigi, ataupun rokok. Hal itulah yang menjadikan penyakit ini dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan faktor penyebabnya. Berikut penjelasan selengkapnya:

1. Meningitis bakteri
Jenis penyakit ini dapat terjadi ketika bakteri masuk ke dalam aliran darah dan kemudian bermigrasi ke otak dan sumsum tulang belakang. Namun, bakteri tersebut bisa langsung menyerang meninges sebagai akibat dari infeksi telinga atau sinus, patah tulang tengkorak, atau setelah melakukan operasi. Ada beberapa jenis bakteri yang umumnya dapat menyebabkan penyakit meningitis, yakni:
  • Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)
Bakteri ini merupakan penyebab yang paling umum dari penyakit meningitis bakteri pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa di Amerika Serikat. Jenis bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit pneumonia atau infeksi telinga atau sinus. Namun, Anda dapat mengurangi risiko terkena infeksi dengan melakukan vaksinasi.
  • Neisseria meningitidis (meningococcus)
Jenis bakteri ini juga menjadi penyebab utama dari jenis meningitis bakteri lainnya. Penyakit meningitis yang diakibatkan oleh penyakit ini disebut dengan istilah meningitis meningokokus dan biasanya terjadi ketika bakteri hasil infeksi saluran pernapasan masuk ke dalam aliran darah. Jenis infeksi ini sangatlah menular dan umumnya dialami oleh remaja dan orang dewasa. Namun, Anda dapat mengurangi risiko terkena infeksi ini dengan cara melakukan vaksinasi.
  • Haemophilus influenzae (Haemophilus)
Bakteri haemophilus influenzae tipe b (Hib) umumnya menyerang anak-anak dan menyebabkan penyakit meningitis. Namun, telah dibuktikan bahwa melakukan imunisasi rutin dengan vaksin Hib dapat mengurangi jumlah kasus dari jenis meningitis, khususnya di Amerika Serikat.
  • Listeria monocytogenes (listeria)
Jenis bakteri ini dapat ditemukan dalam keju luna, hot dog, dan daging. Pasti Anda sering mengkonsumsi ketiga jenis makanan tersebut. Namun, untungnya, orang yang keadaan tubuhnya sehat bila terkena bakteri listeria tidak akan menjadi sakit. Tapi, bagi ibu hamil, bayi yang baru lahir, orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah lebih rentan terinfeksi oleh bakteri ini. Jenis bakteri ini dapat melintasi penghalang plasenta dan bila sang ibu mengalami infeksi pada akhir kehamilan, hal itu dapat menyebabkan si bayi meninggal segera setelah lahir.
2. Meningitis viral
Jenis penyakit meningitis ini disebabkan oleh infeksi virus, seperti herpes simplex virus, HIV, gondok, virus West Nile dan lain-lain. Penyakit meningitis viral tergolong ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya.

3. Meningitis kronis
Meningitis kronis dapat terjadi ketika organisme tertentu menyerang selaput dan cairan yang mengelilingi otak Anda. Berbeda dengan meningitis akut, penyakit ini akan berkembang lebih dari dua minggu atau lebih. Namun, tanda dan gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan meningitis akut, seperti sakit kepala, demam, dan muntah.

4. Meningitis jamur
Penyakit meningitis yang disebabkan oleh jamur memang jarang terjadi. Namun, penyakit ini dapat mengarah kepada meningitis kronis. Penyakit ini tidak akan menular dari orang ke orang. Salah satu jenis jamur yang sering mempengaruhi orang dengan defisiensi imun, seperti AIDS adalah meningitis kriptokokus. Bila tidak segera diobati, yaitu dengan obat antijamur, penyakit ini dapat mengancam jiwa.
Penyakit meningitis juga dapat disebabkan oleh beberapa hal lain, seperti reaksi kimia, alergi terhadap obat, beberapa jenis kanker, dan penyakit inflamasi seperti sarkoidosis. Namun, masih ada beberapa hal lain yang turut meningkatkan risiko dari penyakit ini, yaitu:
  • Melewatkan vaksinasi
Lakukan vaksinasi dengan teratur. Sebab, bila Anda sering melewatkannya, risiko meningitis akan lebih tinggi.
  • Usia
Sebagian besar kasus meningitis virus terjadi pada anak yang usinya masih di bawah 5 tahun. Sedangkan, meningitis bakteri biasanya mempengaruhi orang-orang yang usianya masih di bawah 20 tahun.
  • Kehamilan
Ibu hamil akan lebih berisiko tertular listeriosis, infeksi yang disebabkan oleh bakteri listeria yang juga dapat menyebabkan penyakit meningitis. Jika Anda hamil dan memiliki listeriosis, bayi yang ada dalam kandungan Anda ikut berisiko mengalaminya.
  • Kondisi hidup
Orang yang hidup dalam lingkungan yang cenderung berdesak-desakan, akan lebih berisiko mengalami meningitis meningokokus. Sebab, bakteri sangat mudah menyebar, misalnya melalui jalur pernapasan.
  • Sistem kekebalan tubuh
Bila Anda menderita penyakit AIDS, diabetes, sering mengonsumsi alkohol, dan menggunakan obat imunosupresan, sistem kekebalan tubuh Anda akan melemah. Hal itu akan menyebabkan Anda rentan terserang penyakit meningitis. Selain itu, apabila Anda pernah melakukan operasi pengangkatan limpa, risiko terserang penyakit meningitis juga akan meningkat.Dengan mengetahui faktor penyebab dari penyakit meningitis yang Anda alami dapat membantu Anda dalam menentukkan rencana pengobatan.

Pengobatan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyakit meningitis bisa saja sembuh walaupun Anda tidak melakukan pengobatan. Namun, penyakit ini bisa juga berkembang menjadi lebih perah dan dapat menimbulkan komplikasi, seperti pada penyakit meningitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Hal ini sangat membutuhkan pengobatan antibiotik untuk mempercepat proses pemulihan. Bila Anda menunda pengobatan, hal itu akan meningkatkan risiko kerusakan permanen pada otak dan berujung kepada kematian.

Untuk memastikan apakah Anda positif menderita penyakit meningitis atau tidak, Anda harus memeriksakan diri ke dokter. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Ada beberapa jenis pemeriksaan untuk mendiagnosa penyakit ini, antara lain:

1. Tes darah
Dokter akan mengambil sampel darah Anda dari pembuluh vena dan kemudian sampel darah tersebut diuji di laboratorium. Dokter akan meletakkan sampel darah tersebut pada piring khusus untuk diperiksa di bawah mikroskop, apakah darah tersebut ditumbuhi oleh mikroorganisme atau tidak, terutama bakteri. Setelah itu, dokter mungkin akan menambahkan noda ke sampel darah tersebut dan kembali diuji di bawah mikroskop.

2. Tes pencitraan
Pilihan tes pencitraan, antara lain X-ray dan computerized tomography (CT) scan . Kedua jenis tes pencitraan tersebut dilakukan dari kepala, dada, atau sinus untuk melihat apakah terjadi pembengkakan atau peradangan. Jenis tes ini juga dapat membantu dokter untuk mendeteksi infeksi di daerah lain dari tubuh yang mungkin berhubungan dengan penyakit meningitis.

3. Spinal tap (pungsi lumbal)
Diagnosis definitif meningitis memerlukan analisis cairan serebrospinal Anda (CSF), di mana cairan tersebut dikumpulkan dengan melakukan sebuah prosedur yang dikenal dengan istilah spinal tap. Pada orang dengan meningitis, cairan CSF sering menunjukkan kadar gula (glukosa) rendah diiringi dengan peningkatan jumlah sel darah putih dan meningkatkan protein. Analisis CSF juga dapat membantu dokter mengidentifikasi bakteri yang tepat yang menyebabkan penyakit. Jika dokter Anda mencurigai meningitis virus, ia dapat memerintahkan tes DNA berbasis yang dikenal dengan istilah polymerase chain reaction (PCR) amplifikasi atau tes untuk memeriksa antibodi terhadap virus tertentu untuk memeriksa penyebab spesifik dari meningitis.

Hal ini dapat membantu untuk menentukan perawatan yang tepat dan prognosis.
Selama melakukan pemeriksaan, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat tanda-tanda infeksi pada kepala, telinga, tenggorokan, dan kulit di sepanjang tulang belakang. Jika Anda benar-benar mengalami penyakit meningitis, dokter pasti akan merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Pilihan pengobatan bergantung pada jenis meningitis yang Anda miliki. Berikut penjelasannya:

1. Meningitis bakteri
Jika Anda mengalami penyakit meningitis jenis ini, Anda harus melakukan pengobatan yang tepat, yaitu dengan menggunakan antibiotik intravena atau dengan obat kortison. Keduanya dapat membantu proses pemulihan sekaligus mengurangi risiko komplikasi, seperti pembengkakan otak dan kejang. Jenis antibiotik yang digunakan juga bergantung pada jenis bakteri penyebab infeksi.

2. Meningitis viral
Jenis meningitis ini tidak dapat disembuhkan oleh antibiotik. Namun, dari kebanyakan kasus, jenis penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Jika Anda mengalami hal ini, Anda harus banyak beristirahat, minum banyak cairan, mengkonsumsi obat yang dapat mengurangi demam dan meringankan nyeri pada tubuh. Namun, beda halnya jika penyakit meningitis yang Anda alami disebabkan oleh virus herpes. Sebab, sudah tersedia obat antivirus untuk menangani hal itu.

3. Meningitis jamur
Bila penyakit meningitis yang Anda alami disebabkan oleh jamur, Anda dapat mengobatinya dengan menggunakan obat anti jamur. Namun, obat ini memiliki efek samping yang serius. Sehingga, penggunaan obat ini hanya diperbolehkan sampai laboratorium memberikan konfirmasi bahwa penyebabnya adalaha jamur.

4. Meningitis kronis
Untuk jenis penyakit meningitis ini, pilihan pengobatan akan didasarkan pada penyebab yang mendasarinya.
Namun, bila dokter belum mengetahui penyebab dari penyakit meningitis yang Anda alami, dokter akan memulai pengobatan dengan menggunakan obat antivirus dan antibiotik di mana hal itu diterapkan hanya untuk sementara sampai penyebabnya diketahui dengan jelas.
Penyakit meningitis sebenarnya dapat Anda cegah dengan melakukan imunisasi dengan teratur. Ada beberapa jenis vaksinasi yang dapat Anda gunakan, yaitu:
  • Vaksin haemophilus influenzae tipe b (Hib)
Jenis vaksin ini dianjurkan bagi beberapa orang dewasa, termasuk mereka yang memiliki penyakit sel sabit atau AIDS dan mereka yang tidak memiliki limpa.
  • Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
Jenis vaksin ini harus rutin didapatkan, khususnya bagi anak-anak yang berusia dua tahun hingga lima tahun yang berisiko tinggi terserang penyakit pneumokokus, menderita penyakit jantung kronis, paru-paru, bahkan kanker.
  • Vaksin haemophilus influenzae tipe b dan neisseria meningitidis serogrup C dan Y (Hib-MenCY)
Vaksin ini dianjurkan untuk anak-anak yang usinya lebih muda dari 19 bulan, tetapi tidak lebih muda dari 6 minggu, di mana mereka juga berisiko tinggi mengalami penyakit meningokokus. Vaksin ini diberikan dalam empat dosis yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan antara usia 12 bulan dan 15 bulan.
  • Vaksin Pneumococcal polysaccharide (PPSV)
Anak-anak dan orang dewasa yang membutuhkan perlindungan dari bakteri pneumokokus dapat menerima vaksin ini. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit merekomendasikan vaksin PPSV untuk semua orang dewasa yang lebih tua dari 65 tahun, orang dewasa muda dan anak-anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah atau penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes atau anemia sel sabit, dan bagi mereka yang tidak memiliki limpa.
  • Vaksin meningococcal conjugate (MCV4)
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit merekomendasikan bahwa dosis tunggal MCV4 diberikan kepada anak-anak usia 11 sampai 12, kemudian suntikan penguat diberikan pada usia 16 tahun. Bila vaksin pertama diberikan antara usia 13 tahun dan 15 tahun, suntikan penguat dianjurkan untuk diberikan antara usia 16 tahun dan 18 tahun. Sedangkan, jika suntikan pertama diberikan pada usia 16 tahun atau lebih tua, tidak dibutuhkan suntikan penguat. Jenis vaksin ini juga dapat diberikan kepada anak muda yang berisiko tinggi terserang penyakit meningitis bakteri atau bahkan yang telah mengalaminya.Tak hanya itu saja, ada beberapa cara sederhana yang dapat membantu Anda untuk mencegah penyakit meningitis, yakni:
  • Mencuci tangan:Mencuci tangan menjadi cara yang sangat penting untuk dilakukan guna menghindari paparan dari agen infeksi. Sering-seringlah mencuci tangan Anda, namun dengan cara yang benar. Jangan hanya membilasnya dengan air, gunakanlah sabun. Sebab, jika tidak, kuman yang melekat pada tangan Anda tidak akan hilang.
  • Jangan berbagi makanan, minuman, sedotan, peralatan makan, lip balm, atau sikat gigi dengan orang lain.
  • Waktu beristirahat cukup
  • Olahraga dengan teratur
  • Mengonsumsi makanan yang sehat, terutama buah, sayuran, dan biji-bijian
  • Ketika batuk dan bersin tutuplah mulut dan hidung Anda
  • Ketika Anda sedang hamil, selektiflah dalam memilih makanan. Hindarilah daging, hot dog, keju lunak yang terbuat dari susu yang tidak dipasteurisasi, untuk mengurangi risiko listeriosis

Read more ...